Image by Kwartetwo

Selasa, 12 Oktober 2010

Metropolitan Bersumbu Pendek

KWARTETWO.COM :
Jakarta- Jangan sebut Jakarta jika tidak ada bentrokan antar warga. Jakarta juga bukan Ibu Kota jika tidak diwarnai dengan tawuran.

Suka atau tidak, Jakarta harus kita sebut seperti itu, warna yang sulit pudar. Tentu tidak semua orang sependapat, namun itu juga sulit dipungkiri bila melihat kenyaataan yang terjadi. Tawuran ada di mana-mana, dan tragisnya lagi peristiwa seperti itu nyaris terjadi setiap saat.

Dalam sepekan terakhir saja, tercatat tiga tawuran besar yang cukup meresahkan warga. Terakhir, terjadi di Jalan Casablanca, Jakarta Timur, Senin (10/10/2010) malam. Dua kelompok warga bentrok di samping Hotel Harris. Entah apa yang menyulutnya, yang pasti jalanan berubah menjadi arena tawuran.

Batu berseliweran, potongan kayu berubah seketika menjadi pemukul mematikan. Warga yang ketakutan memilih mengunci diri di rumah. Pengendara yang kebetulan melintas terpaksa berhenti atau mundur untuk menjauhi lokasi.

Sehari sebelumnya, Minggu (10/10/2010) dini hari, tawuran serupa juga terjadi di Jl Mampang Prapatan arah Ragunan, Jakarta selatan. Peristiwa di pagi buta itu terjadi tepat di mulut gang di bawah Halte Busway Duren Tiga, Pancoran.

Sangat kebetulan, saat peristiwa itu terjadi warga tidak banyak beraktivitas, mereka masih tertidur lelap. Namun, sekitar 20 pemuda tak tampak ngantuk sedikitpun. Mereka sibuk tawuran dengan warga lainnya.

Mulanya hanya aksi saling lempar batu. Warga yang berasal dari luar gang kemudian makin mendekat dan memukuli warga yang berasal dari dalam gang dengan kayu. Dua pemuda tampak mengacung-acungkan parang. Sementara itu, beberapa pemuda lainnya tampak berdarah. Korban? tentu saja ada yang menjadi korban. Paling tidak mereka mengalami luka-luka.

Di saat hampir bersamaan, tawuran serupa terjadi di Kawasan Karet, Jakarta Pusat. Warga "lebih kreatif" dengan membuat molotov. Tentunya, batu juga masih menjadi senjata untuk melukai lawan mereka.

Polisi tentu saja sibuk menanganinya. Namun, belum usai tawuran ini, sudah terjadi lagi tawuran lainnya. Kali ini terjadi di kawasan Stadion Gelora Bung Karno, Senayan. Polisi pun sibuk di dua lokasi.

Bukan hanya warga yang terlibat bentrokan itu, pelajar juga tidak mau ketinggalan. Terakhir, tercatat pelajar SMK Bina Siswa terlibat bentrokan dengan pelajar SMK 3 Kedoya Baru (6/10/2010). Bahkan satu siswa tewas saat tawuran itu.

Seperti diniatkan, tawuran itu tidak begitu saja terjadi. Polisi menyita senjata yang sudah disiapkan sebelumnya. Sebanyak enam parang dan lima gir diamankan polisi.

Seperti itukah wajah Jakarta saat ini? Tentu kita tidak berharap demikian. Jakarta masih kota yang beradab, yang warganya cinta damai. Tawuran itu harus kita anggap sebagai bagian kecil, hanya noda kecil di Ibu Kota.

Namun, melihat banyaknya aksi tawuran yang terjadi, kita patut khawatir. Paling tidak khawatir jika aksi seperti ini menjadi kebiasaan, bahkan tren di Ibu Kota. Noda kecil itu akan tetap menjadi noda jika tidak ada upaya untuk menghapusnya.

Karena itu, warga Jakarta harus bekerja bahu membahu menghindarkan diri dari kekerasan seperti itu. Polisi di satu sisi memang harus bekerja ekstra keras. Namun, itu tidak ada artinya jika tidak didukung oleh warga yang note bene adalah pelaku tawuran itu sendiri.

Bagaimanapun tawuran tidak bisa dibiarkan. Jika tidak, Jakarta akan menjadi kota dengan "sumbu pendek", alias kota dengan warga yang mudah beringas.

0 komentar:

Bola

Kesehatan

Sport

Musik

Berita Utama | Nasional

Gayahidup

2222

  © Kwartetwo.com Didirikan Oleh Alan Maulana 2010

Kembali Ke ATAS  

IP