Berprofesi sebagai Debt Collector, Agustinus Terbuka Pada Keluarga
:
Jakarta - Salah satu korban tewas dalam bentrokan di Jl Ampera Raya, Jakarta Selatan, adalah Agustinus Tomasoa (48). Ia diketahui bekerja sebagai penagih hutang (debt collector).
Ayah empat anak ini dikenal sebagai orang yang terbuka pada keluarga. Ia sering bercerita mengenai suka profesinya.
"Papa terbuka, sih. Suka cerita juga bagimana kesulitannya. Tapi dia nggak pernah cerita soal ke pengadilan-pengadilan itu," kata anak sulung Agustinus, Melisa Gilbert Tomasoa, kepada wartawan di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (29/9/2010).
Menurutnya, sang ayah sudah cukup lama bekerja sebagai debt collector. Saat ini ia berkantor di salah sebuah perusahaan di bilangan Depok.
Pagi tadi, tutur Meli, seperti biasanya, sang ayah berpamitan untuk bekerja. "Tadi pamitnya berangkat kerja. Kayak biasa aja," ujar Meli.
Siang hari, Meli mendapat kabar dari tantenya yang mengatakan sang ayah menjadi korban bentrokan.
"Saya disuruh ke rumah tante, katanya motornya (agustinus) ada di paviliun BS (Batalion Siliwangi) di Jambul (cililitan). Papa katanya pergi naik metromini," kisah Meli.
Mendengar kabar itu, Meli langsung mendatangi RS Polri. "Tapi belum ada data, jadi saya disuruh ke Polsek Pasar Minggu. Masih belum yakin karena ada perbedaan nama," tutur dia.
Setelah kembali ke RS Polri, Meli dan keluarga mendapat kepastian bahwa salah satu korban tewas adalah Agustinus.
Hingga pukul 20.00 WIB, keluarga terus berdatangan ke ruang jenazah RS Polri. Anak kedua Agustinus Elvira datang dalam keadaan histeris. Ia berteriak-teriak menyesali kepergian sang ayah.
Jakarta - Salah satu korban tewas dalam bentrokan di Jl Ampera Raya, Jakarta Selatan, adalah Agustinus Tomasoa (48). Ia diketahui bekerja sebagai penagih hutang (debt collector).
Ayah empat anak ini dikenal sebagai orang yang terbuka pada keluarga. Ia sering bercerita mengenai suka profesinya.
"Papa terbuka, sih. Suka cerita juga bagimana kesulitannya. Tapi dia nggak pernah cerita soal ke pengadilan-pengadilan itu," kata anak sulung Agustinus, Melisa Gilbert Tomasoa, kepada wartawan di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (29/9/2010).
Menurutnya, sang ayah sudah cukup lama bekerja sebagai debt collector. Saat ini ia berkantor di salah sebuah perusahaan di bilangan Depok.
Pagi tadi, tutur Meli, seperti biasanya, sang ayah berpamitan untuk bekerja. "Tadi pamitnya berangkat kerja. Kayak biasa aja," ujar Meli.
Siang hari, Meli mendapat kabar dari tantenya yang mengatakan sang ayah menjadi korban bentrokan.
"Saya disuruh ke rumah tante, katanya motornya (agustinus) ada di paviliun BS (Batalion Siliwangi) di Jambul (cililitan). Papa katanya pergi naik metromini," kisah Meli.
Mendengar kabar itu, Meli langsung mendatangi RS Polri. "Tapi belum ada data, jadi saya disuruh ke Polsek Pasar Minggu. Masih belum yakin karena ada perbedaan nama," tutur dia.
Setelah kembali ke RS Polri, Meli dan keluarga mendapat kepastian bahwa salah satu korban tewas adalah Agustinus.
Hingga pukul 20.00 WIB, keluarga terus berdatangan ke ruang jenazah RS Polri. Anak kedua Agustinus Elvira datang dalam keadaan histeris. Ia berteriak-teriak menyesali kepergian sang ayah.
0 komentar:
Posting Komentar