KWARTETWO.COM: JAKARTA
- Masyarakat Malaysia mulai terpancing setelah aksi massa Benteng
Demokrasi Rakyat (Bendera) yang melempar kotoran manusia ke Kantor
Kedubes Malaysia di Jakarta.
Meski demikian, respons masyarakat Negeri Jiran itu tidak sepanas dibanding sikap sebagian masyarakat di dalam negeri.
Wakil
Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Universitas Kebangsaan Malaysia
(PPI UKM) Ramdan Muhaimin mengatakan respons masyarakat Malaysia
dibilang wajar dan tidak berlebihan.
“Sama
seperti kasus-kasus Indonesia-Malaysia sebelumnya, setiap kali isunya
semakin memanas di Jakarta, di Malaysia masih adem-adem saja. Tidak ada
respons yang terlalu berlebihan,” ujar Ramdan , Jumat (27/8/2010).
Menurut Ramdan, pemberitaan media di Malaysia juga biasa-biasa saja, tidak di-running seperti di Indonesia. Surat kabar tidak menjadikan sentimen anti-Malaysia sebagai headline.
Ramdan
menuturkan apa yang dirasakan masyarakat Malaysia berbeda dengan
pemerintahnya. Karena itu, yang mengeluarkan sikap keras hanya di level
pemerintah pusat dan tidak sampai ke masyarakat.
“Di
sini yang hangat, ya Menteri Luar Negeri dan Perdana Menterinya, plus
beberapa ormas di bawah Barisan Nasional (kelompok partai oposisi
pemerintah),” ujar Ramdan.
Masyarakat
Malaysia, lanjut Ramdan, secaraa umum tidak peduli dengan konflik,
bahkan tidak mengetahui dan cenderung tidak ingin tahu jika ada konflik.
Kondisi
ini jauh berbeda dengan yang terjadi di Indonesia, di mana Pemerintah
terkesan lebih barhati-hati dalam menjaga hubungan dengan Malaysia.
Namun di level masyarakat, reaksi sangat keras justru disuarakan. Kantor
kedubes Malaysia yang terletak di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta
Selatan, berkali-kali menjadi sasaran pengunjuk rasa.
Aksi
yang terheboh pada 23 Agustus lalu dilakukan Bendera dengan melempar
kotoran manusia ke halaman Kedubes. Tak hanya itu Bendera bahkan
melakukan sweeping WN Malaysia.
Menurut
mahasiswa saya Strategic & Security Analysis UKM program Analisa
Keamanan dan Strategi ini pemberitaan media di Malaysia baru panas
setelah aksi Bendera tersebut dan tidak terkait dengan penangkapan tujuh
nelayan mereka oleh Polda Kepulauan Riau.
Bukan
karena kasus DKP-nya, tapi karena simbol nasional mereka dilecehkan,
yaitu Kedutaan dilempar kotoran dan bendera dibakar. Sama seperti
konflik sebelumnya. Ketika isu-isu sengketa ramai di Indonesia, di
Malaysia belum menjadi isu atau belum menghangat di media,” ungkapnya.
0 komentar:
Posting Komentar